Jumat, 19 Oktober 2012

Hal. 1 > Daftar Isi


Sekedar pemberitahuan saja :
Just notice it:
Buat para pembaca sekalian sebelum melangkah untuk membaca ketikan saya ini dimohon agar selalu mencek dan ricek kembali perkembangan dari semua ketikan yang telah saya ketik karena sewaktu - waktu saya juga mengubah atau pun juga menambahkan kata - kata dan kalimat sebagai masukan yang ada baik yang saya alami maupun kesaksian dari orang - orang sekitar saya akan segala apapun pengalaman tentang kota Jakarta dan sekitarnya ini...
Make the reader as well before going on to read my typing is requested to always check and re check of all the keystrokes that I type because anytime I also changed or added words and sentences as input that is good that I have experienced and the testimony from the people around me would any experience of the city and its surroundings ...

Sekian.
PS.


Problema Jakarta
problems in Jakarta
1. Dalam Berkelana di Sekitar Jakarta
1. Wandering Around in Jakarta

1.1. Dalam Menggunakan Angkutan Umum (Baca = Mengandalkan Selalu Sarana Angkutan Umum)
1.1. In the Use of Public Transport (Read = Always Rely on Public Transport Facility)
* Harus Berhati - hati Memilih Kendaraan Umum
* Must Be - careful Choosing Public Transportation
- Pengemis, pengamen, pedagang asongan dan pelaku kriminal
- Beggars, buskers, street peddlers and criminals
- Fasilitas Sarana dan Pra Sarana Yang Buruk
- The Bad Services and Pre Facilities
- Pola Perilaku Sang Sopir dan Kondekturnya
1. Menagih Uang Tarif Saat Dalam Perjalanan dan Kita Turun
2. Menyetir Ugal - Ugalan dan Teriak Selantang / Sekencang Mungkin
3. Diturunkan di Sembarang Tempat
4. Jangan Berurusan (Baca = Membentak Apalagi Berkelahi) dengan Mereka Berdua
5. Berbeda Arah, Namun Melewati 1 Wilayah (Baca = Jatah Lahan Sewaan)
6. Sengaja Berhenti Lama atau 'Ngetem' di Wilayah Persinggahan
7. Mengindahkan Rambu - rambu Lalu Lintas
- Harus Hafal Rute Yang Biasa Kita Tuju
1. Mengambil Jalan Pintas Yang Bukan Rutenya
2. Dipaksa Turun di Perjalanan
3. Ketiadaan Petunjuk Arah Yang Jelas
4. Harus Pintar Menguasai Pola Estafet
Tips 1 > Tetap Dengan Menomor Satukan Jam Keberangkatan Lebih Awal
Tips 2 > Naiklah Angkutan Umum Yang Biasa Kita Naikin Jika Merasa Sudah Yakin
Tips 3 > Kucing – kucingan
- Mobil Kecil (Angkot dan Mikrolet) Biasa Memasuki Kawasan Gang dan Perumahan
- Ketidak Akuratan Waktu
1. Naiklah Angkutan Umum Diwaktu Yang Tidak Dekat
2. Tidak Cukup Omongan dari Banyak Orang Saja
3. Gangguan Dalam Perjalanan
- Permainan Tarif
1. Tidak Selalu Per Jarak
2. Beda Jenis Angkutan Umum Beda Tarif
* Kapasitas Yang Membeludak
- Jangan Memilih Saat Jam Pergi Kerja
- Kerapkali Dibajak oleh Sekumpulan Orang
- Pintu Armada Angkutan Umum Yang Tidak Tertutup
- Yang Menomor Satukan Keamanan dan Kenyamanan
1. Di Bus Trans Jakarta, Dibatasi Jumlah Penumpang
2. Di Bus Trans Jakarta, Terdesak Oleh Waktu
3. Di Bus Trans Jakarta, Banyak Yang Terbengkalai

1.2. Perlu Pendamping Dalam Pengelanaan
* Banyak Pencopet Dengan Berbagai Modus
- Modus Hipnotis
- Modus Pembiusan di Air Minum
- Modus Pemaksaan
- Modus Ketiadaan Uang Karena Tersesat
- Modus Memanggil Korban (Baca = Diri Kita Sendiri)
* Hindari Membawa Barang - barang Berharga
- Tidak Usah Mengenakan Backpack
- Waspada Jika Hendak Mendokumentasikan Suatu Obyek di Area Tertentu
* Jangan Salah Dengan Lokasi (baca = Hati – hati)
- Kondisi Trotoar dan Penataan Bangunan Yang Semrawut
- Rawan Kerusuhan Massal (Tawuran Pelajar, Tawuran Antar Pendukung Olah Raga, Tawuran Antar Pendukung Partai, Demonstrasi Anarkis, dll)

2. Kuliner Jakarta Yang Berlimpah

2.1. Jajanan Pinggir Jalan Yang Berbahaya

2.2. Ketiadaan Menu - Menu Lokal Melainkan dari Propinsi Yang Berbeda

2.3. Mudahnya Mencari Menu Yang Kita Suka
- Mini Market Mencakup Restoran Kecil
- Bagi Yang Muslim Perlu Lebih Hati-hati
- Menu - menu Yang Kita Suka Terkadang Dijual Tidak Mengenal Waktu
- Penyajian Nasi Yang Beragam
- Pelancong Tidak Perlu Kuatir Mencari Lokasi Kuliner
1. Bagi Yang Menginap di Hotel atau pun Apartemen
2. Bagi Yang Menginap di Rumah Keluarga atau pun Teman

2.4. Komposisi Menu Yang Beragam

3. Mengunjungi Area Vital

3.1. Toilet Umum Yang Dekil, Bau Pesing dan Berbeda dari Kebanyakan Secara Internasional

3.2. Mushola Yang Tidak Terawat
- Tempat Penitipan Alas Kaki
- Area Wudhu Biasanya Untuk Bersama

3.3. Petunjuk Arah Yang Sangat Minim
- Jangan Terlalu Menghandalkan Petunjuk dari Orang-orang Sekitar
- Beda – beda Tipis, Antara Tidak Masalah dan Dipermasalahkan
- Fasilitas Lengkap Hanya Ada di Komplek Tertentu

3.4. Minimnya Keberadaan Taman Kota
- Terkalahkan Oleh Keberadaan Pusat – pusat Perbelanjaan
- Fasilitas – fasilitas Yang Tergusur
- Ketiadaan Taman Bermain Anak

3.5. Keberagaman Bahasa
- Hati – hati Salah Penerjemahan
- Keberagaman Bahasa Inggris

4. Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya

4.1. Kawasan Macet dan Langganan Penilangan oleh Polisi
- Dikala Jam Pergi dan Pulang Kerja
1. Sebaiknya Hindari Berwisata di antara Jam 6 Pagi - 9 Pagi
2. Bersabar dengan Kekusutan Arus Kendaraan Bermotor
3. Jangan Memudahkan Cara Melalui Jalan Tikus
- Dikala Musim Kemarau dan Musim Hujan
- Dikala Suasana Makan Siang
- Waspada ‘Pola Permainan’ Oknum Kepolisian
1. Lampu Kuning pada Lampu Lalu Lintas Yang Tanggung
2. Sedikit Melanggar Garis Stop Saat Lampu Lalu Lintas Menyala Merah

4.2. Sulitnya Mematuhi Rambu – rambu Yang Ada
- Selalu Menyalahkan dan Dipersalahkan
1. Pasrah Jika Ditabrak dari Arah Mana Pun
2. Pasrah Jika Menabrak Kendaraan Bermotor
- Semua Serba Tanggung
1. Parkir di Tanda Larangan Parkir P + \ dan berhenti di Tanda Larangan Berhenti S + \
2. Garis – garis Marka Jalan
3. Menonton Musibah di Dekat Kita

5. Semua Menjadi ‘Lahan’ Uang

5.1. Para Pemaksa Kecil – kecilan
- Pak Oga
- Tukang Parkir Pinggir Jalan

Kamis, 16 Agustus 2012

Hal. 6 > Disiplin Masyarakat

Hal. 6
4. Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya
4. Passed Discipline Cross the Road
Dalam beraktifitas di jalan raya, kita berjibaku dengan getirnya laju kendaraan bermotor dengan aneka suara mesin yang menderu serta bunyi klakson yang seakan tiada hentinya menghentakkan telinga kita seakan di antara mereka atau kita yang berkendara merasa di pihak yang benar dari kekusutan yang ada di jalan raya. Belum lagi dengan bertebarannya asap knalpot yang seakan memicu emosi kita yang semakin labil karena terpolusikan oleh deru mesin kendaraan yang ada.
In the activity on the highway, we are struggling with the bitter pace vehicle with various engine sound roaring and honking incessantly as if our ears as stomping them or we were driving feeling on the right side of the tangle that is on the highway. Not to mention the spread of exhaust fumes that seemed to trigger the emotions of our increasingly unstable due to exposure to pollution by the roar of the engines of vehicles available.
Dalam berlalu lintas, tentu kita dituntut untuk bersabar karena lamanya waktu tempuh perjalanan selalu tergantung oleh kondisi keadaan di ruas jalan dan tingkat disiplin si pengendara tersebut. Kita tidak saja sebagai pengguna kendaraan bermotor yang notabene selalu menginjakkan gas dan rem sebagai modal utama dalam berkendara melainkan juga seringkali dituntut sebagai penumpang. Kita selalu memasrahi keadaan jika seluruh nyawa dan kekuatan yang kita miliki sepenuhnya tergantung oleh mesin bertamengkan besi diputari oleh sang ban karet tersebut.
In traffic, of course, we are required to be patient because of the length of travel time required always depends on the situation on the road conditions and the driver is the level of discipline. We are not alone as motorists who incidentally has always set the gas and brake as the main capital in driving but also often required as a passenger. We always resigned to the situation if the whole of life and power that we have entirely dependent on the iron-plated machine run by the rubber tires.

4.1. Kawasan Macet dan Langganan Penilangan oleh Polisi
Sekilas kata "macet di jalan raya" sudah lumrah terjadi di kota mana pun di Indonesia, bahkan juga di luar negeri. Namun, apakah suatu kemacetan yang disebabkan oleh kekusutan arus kendaraan bermotor selama berjam - jam banyak terjadi di luar negeri? Ini suatu pertanyaan besar di mana dan kapan saja itu terjadi. Merekalah yang pernah merasakan suasana kota di luar negeri tentunya yang dapat menceritakan itu semua...
- Dikala Jam Pergi dan Pulang Kerja
Tidak aneh lagi dikala kita berangkat kerja sudah pasti dituntut oleh semua perusahaan di mana kita kerja harus masuk di jam 8 pagi dan ada pula yang jam 9 pagi. Lebih dari itu akan diancam pemotongan gaji atau pun seminimalnya uang makan siang. Tapi apa daya kemacetan bukan kita yang inginkan, namun situasi yang sedemikian rumitnyalah yang terjadi. Semua berbondong - bondong keluar dari tempat tinggal manakala kita selesai sarapan, menonton berita di TV dan mandi. Khusus para blogger yang sekedar berwisata sebaiknya hindarin angkutan umum mana pun yang searah dengan arus kendaraan bermotor yang menuju ke arah perkantoran, pertokoan, pasar, gedung - gedung pemerintahan dan lain sebagainya. Apabila hendak bersarapan sebaiknya di luar kawasan di mana kita menginap apabila para blogger sekalian berada di Jakarta untuk menginap.
Menjamurnya restoran, bakeri, bahkan mini market yang menyajikan menu sarapan dan memang melayani selama 24 jam sekalipun membuat mesyarakat yang memiliki uang banyak berbondong - bondong memadati bangunan - bangunan permanen tersebut senantiasa mengalahkan bangunan - bangunan semi permanen atau pun lapak jajanan kaki lima di pinggir jalan sekalipun. Semua mudah diakses selama kita berada di propinsi ibukota negara RI ini.
1. Sebaiknya Hindari Berwisata di antara Jam 6 Pagi - 9 Pagi
Perlu diketahui bahwa kebanyakan kawasan perbelanjaan, taman hiburan, gedung - gedung bioskop XXI, restoran, museum dan lain sebagainya baru buka minimal jam 9 pagi. Di saat inilah waktu yang tepat untuk menggunakan ruas jalan raya yang searah dengan pergi kerja. Semisal kita menginap di hotel Ciputra yang berlokasi di Jl. S. Parman hendak menuju ke museum Fatahillah. Meski dengan mengandalkan bus Trans Jakarta dari halte busway Jelambar, namun justru di antara jam 6 pagi s/d jam 9 pagi masih terlalu padat untuk kita naiki karena bus tersebut akan berlaju ke arah rute pergi kerja. Kemungkinan yang terjadi jumlah armada busnya sedikit yang beroperasi.
Lain cerita apabila para blogger sekalian menginap di beberapa penginapan (hotel, losmen, motel, dll) di kawasan Jakarta Pusat. Kotamadya ini sudah menjadi kawasan sentra dari kedatangan arus kendaraan bermotor untuk berkantornya mereka yang pekerja kantoran. Jadi, kemacetan yang terasa akan tidak terlalu parah ketimbang kita yang menginap di kawasan kotamadya Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur apalagi berada di kawasan pinggiran Jakarta baik itu di kota Tangerang, Bekasi, Cibubur, Serpong maupun di mana pun.
2. Bersabar dengan Kekusutan Arus Kendaraan Bermotor
Bukan ibukota Jakarta kalau tidak mengalami kekusutan ruas jalan raya yang ada. Biasanya yang menyebabkan kekusutan tersebut dikarenakan aurs kendaraan di depannya tertahan oleh arus kendaraan lain sehingga mengekor ke barisan paling belakang yang tidak tahu di mana letaknya...  Bisa saja kemungkinan tertahan oleh banyaknya kendaraan bermotor yang terparkir hingga beberapa lajur jalanan yang ada, karena pertigaan atau pun prapatan dengan lampu merah yang terlalu lama, banyaknya angkutan umum yang berhenti terlalu lama, tertahan oleh sempitnya badan jalan oleh warung - warung tenda PKL / pedagang kaki lima dan masih banyak lagi.
Apabila para blogger sekalian menggunakan alat secanggih apapun seperti GPS pun tidak akan membantu. Sebab 1 ruas jalan terkendala macet, berarti ruas jalan lainnya kemungkinan besar akan terkena dampaknya.
3. Jangan Memudahkan Cara Melalui Jalan Tikus
Kebanyakan kendaraan bermotor memilih ruas jalan alternatif yang ternyata banyak yang tidak dan kurang membantu mempersingkat waktu di tengah himpitan kemacetan. Jalan tikus, begitu masyarakat di Indonesia menyebutnya... Ruas jalan komplek perumahan terpencil ini notabene berada di lingkungan perumahan kumuh atau pun komplek real estate. Sebaiknya cara seperti ini harus kita hnidari karena akan mempersempit ruang gerak warga sekitar komplek tersebut yang hendak beraktifitas baik berdagang dengan gerobak, berjalan kaki maupun dengan minimal sepeda motor masing - masing. Kemungkinan lainnya akan berdampak kekusutan arus kendaraan bermotor yang lebih besar seiring pertemuan antara pertigaan atau pun prapatan dadakan yang hanya diatur oleh beberapa orang yang biasa kita kenal dengan sebutan "pak oga". Dengan menarik uang recehan sebagai jasa imbalan mereka itu, mereka banyak yang memihak kepada arus kendaraan bermotor yang lebih sulit untuk diatur posisi untuk mempersingkat jalan.
Pak oga lebih memilih arus kendaraan bermotor yang hendak berbelok atau pun berbalik arah karena di mana pun kendaraan bermotor yang hendak berlaju di jalur yang lurus lebih berhak untuk berlaju terlebih dahulu.
- Dikala Musim Kemarau dan Musim Hujan
Di saat musim kemarau memang saat yang tepat kita mengenakan kacamata hitam dan berbusana kaos tanpa lengan dan celana pendek. Apalagi di antara para blogger sekalian keturunan orang kulit putih akan tampak sedikit dihormati oleh kebanyakan masyarakat sekitar. Karena mereka masih berpikiran keturunan kulit putih masih keturunan Londo (sebutan mereka yang mengalami masa penjajahan Belanda). Namun, berbeda jika di musim hujan.... Banjir yang menggenangi ruas jalan, trotoar, rel kereta api, landasan pacu pesawat dan taman kota sekalipun tentu merugikan masyarakat karena semua perabot tergenang hingga merusak komponen elektronik atau pun juga perabot furniture. Di perjalanan, selain gangguan sinyal pada perjalanan kereta api banjir juga meresahkan para pengendara motor yang dengan terpaksa harus menepikan motor mereka di bawah jembatan penyeberangan, di bawah pohon, di bawah tiang reklame dan di bawah mana pun. Hasilnya dapat terlihat jelas, yaitu penyempitan ruas jalan yang tadinya semisal memiliki 4 lajur jadi hanya tersisa 1 lajur saja.
- Dikala Suasana Makan Siang
Warga masyarakat klas menengah ke atas umumnya didominasi oleh para Direktur, Komisaris dan Manajer menyertakan mobil pribadi masing - masing untuk menjangkau beberapa restoran yang hendak dituju. Hasilnya terlihat jelas bahwa kemacetan terjadi di mana - mana. Lahan parkir dalam waktu singkat menjadi sempit oleh banyaknya kendaraan bermotor. Berbeda bagi kita yang menjabat sebagai pegawai rendahan sudah pasti makan siang di restoran hingga lapak PKL / pedagang kaki lima yang menyodorkan berbagai macam menu dengan harga yang relatif rendah dan sedang kisaran Rp 6.000,00 per orang hingga Rp 15.000,00 per orang setiap hari kerja.
- Waspada 'Pola Permainan ' Oknum Kepolisian
Tanpa ingin merendahkan institusi terkait, perlu diketahui bahwa para oknum Kepolisian banyak melakukan 'pola permainan' yang tercela di lapangan. Terlebih terhadap kita yang menjadi penguasa jalan raya karena sedang berkendara dengan kendaraan pribadi. Tanpa harus menyebutkan di mana saja lokasi yang ada pula, tentu para blogger sekalian akan mengetahui segimana parahnya dalam menilangi kita apabila dikatakan melanggar rambu - rambu lalu lintas. Pelanggaran itu akan terpuji mereka lakukan kalau saja memang benar - benar dari kita sendiri memang melanggar peraturan yang ada.
1. Lampu Kuning pada Lampu Lalu Lintas Yang Tanggung
Di ruas jalan raya memang seringkali kita lakukan sebagai para pengendara kendaraan bermotor menerobos lampu lalu lintas yang sudah menyala warna merah di sebuah prapatan atau pun pertigaan. Ini dikarenakan bagi kita masih tanggung. Namun, ada kalanya lampu masih menyala warna kuning bagi para oknum Kepolisian merasa sudah harus berhenti. Apabila tetap kita terobos meski masih menyala kuning, maka kita akan disuruh berhenti dan menepi. Penilangan pun terjadi.
2. Sedikit Melanggar Garis Stop Saat Lampu Lalu Lintas Menyala Merah
Memang benar adanya garis stop itu menjadikan garis batas kendaraan bermotor untuk berhenti di setiap prapatan atau pun pertigaan bahkan di ruas jalan raya untuk penyeberangan para pejalan kaki. Banyak sekali pada kenyataan yang ada para pengendara kendaraan bermotor memberhentikan laju kendaraan yang mereka kemudikan itu berhenti melebihi batas garis stop. Terlebih mereka pengendara motor, pengendara angkutan umum dan pengendara mobil pribadi sekalipun.
Namun, apabila si kendaraan bermotor berhenti hanya sedikit saja melebihi garis stop dapat dikatakan pelanggaran berat dengan harus dihukum tilang? Kita kembalikan lagi kepada diri kita sendiri seberapa salahnya perbuatan kita itu. Tetapi asal tahu saja, para blogger sekalian sudah pasti akan mengalami banyak penyaksian di mana di kebanyakan prapatan dan pertigan bahkan di ruas jalan raya untuk penyeberangan para pejalan kaki banyak yang tidak memiliki garis stop dikarenakan banyak alasan, seperti terhapus catnya, sering tergores oleh ban - ban kendaraan bermotor dan hanya sebatas garis lurus sebagai batas lajur.

4.2. Sulitnya Mematuhi Rambu - rambu Yang Ada

Pernahkah para blogger sekalian di saat berkendara dengan kendaraan yang kita masing - masing kemudikan berinstropeksi diri kalau diri kita sendirilah yang seharusnya bersalah?? Mungkin itu menjadi jawaban yang beragam yang mayoritas dijawab dengan kata "tidak". Seberapa gilanya para pengendara kendaraan bermotor yang Anda sekalian persalahkan itu dalam berkemudi di jalan raya? Tidak saja di jalan raya, tetapi juga di trotoar jalanan, di jalan kecil, di jalan kompleks dan lain sebagainya.
- Selalu Menyalahkan dan Dipersalahkan
Suatu fenomena yang tidak pernah punah ditelan zaman dan teknologi dikala masyarakat di mana pun kotanya terlebih di ibukota Jakarta ini saling berbaur satu sama lain antara yng 'buta' teknologi dengan 'buta' kedisiplinan dan kesahajaan yang selalu digenggam erat oleh kebanyakan masyarakat yang beraneka ragam suku dan bangsa ini. Di kota besar, sulit kita temui keterpandangan sosok umat manusia itu di mata umum.
Di jalanan terlebih, kita selalu dikejar oleh beragam aktifitas yang senantiasa dituntut untuk berpacu dengan waktu, ruang dan tenaga. Tanpa ruas jalanan tiada kata aktifitas melainkan hanya di bawah naungan di mana kita berdiam diri tanpa banyak mengetahui dunia luar. Dijalanan kita berjibaku dengan ganasnya si raja jalanan, ratunya para pengguna jalan dan para penguasa dari golongan mana pun tanpa memandang siapapun itu.Selalu menyalahkan dan diprsalahkan... Itulah yang sering kita lihat sehari - hari dalam berkendara di ruas jalanan ibukota Jakarta.
1. Pasrah Jika Ditabrak dari Arah Mana Pun
Mau apapun latar belakang kita, karakter kita, dari kalangan mana pun kita dan apapun diri kita, jika sudah berhadapan dengan situasi yang genting seperti ini sudah sewajarnya kita harus memasrahi diri kita untuk mencari kebenaran yang semu. Saksi mata hanyalah yang berangkutan dengan kita yang berarti yang bersama kita dalam hal ini dalam berkendara. Orang sekitar hanya menonton dan membantu menyelesaikan perkara yang tiada penyelesaiannya selain ke aparat keamanan. Itu pun hanya menjadi penengahnya saja dan semua saling membela diri.
Dari pihak si penabrak, alangkah sangat baiknya engakui kesalahan atas perbuatannya itu. Namun, sulit sekali ditemui di negeri ini. Seolah - olah pengendara kendaraan bermotor sangat sulit dihargai oleh orang sekitar ketimbang negara - negara lain seperti Singapura dan entahlah Malaysia juga.
2. Pasrah Jika Menabrak Kendaraan Bermotor
Merasa diri kita bersalah... Apakah kesalahan itu akan selalu ditumpahkan ke orang lain? Semata demi menyelesaikan kasus yang tidak jelas kapan selesainya. Di posisi yang terjepit seperti ini biasanya diri kita merasa yang paling benar...
Saya sering mengalaminya ketika menaiki angkutan umum yang ada, seperti di dalam bus Kopaja 16 Tanah Abang - Ciledug saat hampir menabraki pengendara motor. Saya saksiin si sopir yang ugal - ugalan justru menyalahi si pengendara motor yang langsung menyalip begitu saja. Spontan para penumpang Kopaja pun iktu membela sang sopir bus kecil yang kami tumpangi itu. Belum lagi saat di dalam bus Trans Jakarta Koridor 3 saat di Jl. KH. Hasyim Ashari tubuhku sampai terpental ke lantai. Tiada kata ma'af dari mulut sang penjaga pintu bus dikala kondisi punggungku agak sakit. Tapi yah... itulah kenyataan kerasnya hidup di ibukota Jakarta ini...
- Semua Serba Tanggung
Akibat banyaknya pelanggaran semuanya yang kita jalani di kehidupan sehari - hari dalam berjibaku di jalanan menjadi serba tanggung dan terdesak. Di mana pun, kapan pun dan apapunresikonya semua sudah ada yang merencanakan, yaitu oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dimulai dari keluar dari rumah kita saja, dari apartemen kita, dari hotel kita menginap dan di mana pun tempat kita bernaung pasti pelanggaran itu sudah dan akan tercipta.
1. Parkir di Tanda Larangan Parkir P + \ dan berhenti di Tanda Larangan Berhenti S + \
Dimulai dari yang sederhana inilah peraturan banyak yang diindahkan... Lebih dari sekedar memarkirkan kendaraan kita di bangunan - bangunan yang berbeda karena saking penuhnya parkiran di bangunan kita tujui atau pun ketiadaan lahan parkir di bangunan tersebut seolah - olah keberadaan dari kedua rambu tersebut terabaikan. Banyak kendaraan umum yang singgah di kawasan tersebut hingga menjadikannya 'terminal bayangan' dan juga lahan untuk menaiki dan menuruni penumpang meski dengan hitungan detik apalagi menit saja.
2. Garis - garis Marka Jalan
Di kebanyakan negara lain di sekitar kita sangat penting penggunaan garis - garis marka jalan yang ada. Garis - garis marka jalan menjadikan identitas rambu - rambu lalu lintas yang tidak tertempel di pinggir jalan apalagi yang berdiri tegak di sebuah tiang tinggi. 1 saja kita langgari, maka akan memiliki dampak yang besar dan cukup besar bagi kendaraan bermotor di sekitarnya.

3. Menonton Musibah di Dekat Kita
Orang - orang Indonesia itu serba unik... Di saat kita menderita suatu musibah pasti akan mengeluh kesakitan dan di saat kita melihat orang - orang yang tertimpa musibah justru malah menonton, bukanlah lekas menolong baik dengan memanggil Ambulans apabila korban kecelakaan, petugas blanwir apabila terjadi kebakaran dan pohon tumbang maupun dengan menolong dengan segenap kemampuan yang kita punya. Yang seperti ini semua akan memberi hambatan bagi lingkungan sekitar di mana musibah itu terjadi. Kekusutan arus kendaraan bermotor yang paling menonjol karena meski bukan terjadi di ruas jalan yang searah, tetapi para pengendara kendaraan bermotor yang dari arah mana pun yang notabene tidak terhalang justru penasaran ingin meontonnya seperti apa kecelakaan itu terjadi.
Namun, jika diri kita masing - masing akan mengalami suatu musibah susulan, maka sejauh mungkin lekas dihindari agar tidak menimpa diri kita masing - masing.

Senin, 28 Mei 2012

Hal. 5 > Yang Tervital Tetapi Ganjal di Diri Kita

Hal. 5
3. Mengunjungi Area Vital
Semua pasti membutuhkan beragam fasilitas yang vital yang kerapkali kita kunjungi. Namun, beragam fasilitas sarana dan pra sarana yang ada di ibukota Jakarta masih banyak yang belum memadai sebagai persyaratan yang mutlak dimiliki secara internasional. Pemerintah seolah mementingkan kehendak mereka masing - masing tanpa memedulikan para rakyatnya yang membutuhkan fasilitas yang baik di samping perekonomian yang baik pula.

3.1. Toilet Umum Yang Dekil, Bau Pesing dan Berbeda dari Kebanyakan Secara Internasional
Di negara Indonesia entah mewakili negara di kawasan Asia pada umumnya toilet didesain dengan beragam. Namun, berbeda lokasi akan berbeda tampilan. Di bangunan - bangunan persinggahan seperti SPBU / stasiun pengisian bahan bakar umum, mini market, pertokoan kecil dan lain sebagainya toilet hanya didesain untuk WC jongkok saja. Berbeda dengan area publik pada umumnya seperti pasar, terminal, stasiun dan lain sebagainya memiliki urinase yang biasa digunakan kaum pria serta masing - masing memiliki wastafel.
Namun, jangan ditanya soal kebersihannya... Apabila di antara para blogger sekalian anti sekali dengan melihat WC jongkok, maka sebaiknya hindarin toilet - toilet semacam itu. Pada umumnya pula di kawasan area publik yang didominasi oleh masyarakat berbagai golongan strata sosial (-+ dimayoritasi oleh golongan menengah ke bawah), maka akan terlihat dekil alias kotor dan bau pesing. Belum lagi akan dipungut bayaran minimal Rp 1.000,00 per orang. Berbeda di kawasan area publik yang tergolong mayoritas masyarakat menengah ke atas. Sebut saja itu mal, plaza, hotel berbintang dan masih banyak lagi yang umumnya dengan menggunakan WC duduk yang berarti sudah standar internasional. Pada umumnya bangunan - bangunan tersebut sudah memiliki para petugas kebersihan yang kerap kali membersihkan hampir semua area sesuai tugas masing - masing.


3.2. Mushola Yang Tidak Terawat
Islam mengajarkan kita untuk suci secara lahir - batin. Namun, pada umumnya kita harus merelakan realita yang ada bahwa di sekitar kita masih banyak salah satu area Servis yang salah satunya ruangan di mana kita yang beragama Islam menjalankan ibadah salat, mengaji dan banyak juga yang sekedar tiduran atau pun rebahan dari padatnya aktifitas harian kita masing - masing. Pada umumnya di area publik seperti demikian adanya... Kurangnya perawatan membuat karpet untuk sajadah menjadi berdebu, penghawaan seadanya karena minimnya ventilasi, padatnya pengunjung menambah hawa panas meski sudah digunakan van atau kipas angin dan lain sebagainya. Pengecualian untuk ruangan ini kita tidak dipungut bayaran melainkan sekedar kotak amal yang biasanya tersedia di dalam atau pun luar mushola.
- Tempat Penitipan Alas Kaki
Kita tidak usah kuatir akan kehilangan alas kaki selama kita menjalankan salat karena pada umumnya mushola dijaga oleh lebih dari 1 orang untuk menjaga alas kaki kita dengan kertas angka sesuai loker yang ada. Tapi tidak sedikit juga yang tidak memiliki pengawas. Oleh karena itu, yang satu ini sebaiknya kita pikir - pikir untuk kita taruh di dekat lantai bertuliskan "Batas Suci" melainkan sebaiknya ditaruh di dalam tas kita masing - masing.
- Area Wudhu Biasanya Untuk Bersama
Sayangnya bagi kaum wanita yang mengenakan jilbab sulit untuk mengambil wudhu karena kebanyakan mushola menjadi satukan area wudhu bagi pria dan wanita. Otomaits kaum pria akan dapat melihat para wanita yang melepas jilbab. Kecuali apabila para wanita tersebut mengambil wudhu urutan ke-6 tersebut dengan sekedar cipratan saja. Pada umumnya cara seperti ini dilakukan agar dapat berwudhu dengan cepat.
Tips dari saya > Bagi kaum wanita sebaiknya ambil wudhu antara no. 1 - 7 dilakukan di dalam toilet saja untuk selanjutnya urutan berwudhu no. 8 dilakukan di area wudhu. Tapi cara seperti ini tidak harus dilakukan sepenuhnya karena masing - masing memiliki keyakinan yang berbeda...

3.3. Petunjuk Arah Yang Sangat Minim
Terkecuali di ruas - ruas jalan raya dengan papan penunjuk arah dan di ruas jalan mana pun dengan papan penunjuk alamat nama jalannya, di propinsi ibukota negara RI ini masih sangat minim dan seolah - olah dibutakan oleh keberadaan lokasi yang dapat kita jangkau menjadi sangat sulit. Sebut saja itu di area fasilitas Trans Jakarta, di taman kota seperti area Monumen Nasional, kota tua Museum Fatahillah dan masih banyak lagi, di stasiun KA dan di mana pun keberadaan kita. Kesemuanya itu masih sangat sulit memberi info petunjuk arah ke kita khususnya sebagai turis.
- Jangan Terlalu Menghandalkan Petunjuk dari Orang-orang Sekitar
Orang - orang sekitar mungkin bisa cukup dan banyak membantu keberadana kita yang kesulitan mencari petunjuk arah tujuan yang ingin kita tuju. Namun, apa yang dituturkan mereka belum tentu kebenarannya sebanyak 100%. Apalagi mendadak dari kita berubah niat untuk mengalihkan tujuan kita ke suatu tempat yang berbeda dari si pemberi petunjuk arah tersebut. Bahaya laten yang ada, seperti sulitnya mereka berbahasa asing seperti Inggris karena belum tentu semua warga masyarakat mampu berbahasa asing, menjadi kesempatan para pelaku kriminal dengan berbagai cara mengecohkan kita, bisa saja karena orang tersebut bukan warga setempat atau juga masyarakat yang sekedar mengunjungi kawasan terserbut untuk sekedar berlibur dan masih banyak lagi.
- Fasilitas Lengkap Hanya Ada di Komplek Tertentu
Di lingkungan pusat perbelanjaan seperti mal, plaza, ITC dan lain sebagainya, bahkan di kawasan bisnis dan niaga pun setidaknya masih mampu kita jumpai petunjuk - petunjuk arah yang lengkap. Namun, itu semua hanya di lingkungan suatu bangunan tertentu saja. Di ruas jalan raya alias di lingkungan fasilitas publik pada umumnya jangan berharap kita mendapatkan petunjuk yang memadai.

3.4. Minimnya Keberadaan Taman Kota
Keberadaan taman kota di kebanyakan kota besar di negara mana pun, bahkan di Indonesia yang dikenal dengan sebutan 'alun - alun' memang sungguh diperlukan. Taman kota sudah kita kenal sebagai kawasan serapan dari keberadaan air bersih dan ruang udara yang sejuk karena diberi rimbunan pohon dan area bersantai dan bermain yang luas untuk anak - anak. Namun, tidak begitu banyak di ibukota Jakarta ini dapat kita temui karena tergerus dengan era perkembangan zaman yang membuat warga masyarakat dimanjakan dengan keberadaan beragam pusat perbelanjaan yang menghadirkan ragam toko, restoran dan produk apapun yang ditawarkan dengan area ruang terbuka hijau atau pun area tertutup yang luas dan cukup luas demi kenyamanan dan keamanan di lingkungan tersebut.
Namun, apakah kita dapat dengan mudah menjamakkan pusat - pusat perbelanjaan tersebut??? Jawabannya tentu amat sangat beragam meski memiliki banyak kendala dalam keseharian kita sebagai warga ibukota Jakarta.
- Terkalahkan oleh Pusat - Pusat Perbelanjaan
Seperti yang aku ketik di atas, minimnya keberadaan taman - taman kota dikarenakan tergerus dengan perkembangan zaman yang memanjakan para warga masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang mudah, cepat dan nyaman. Namun, tanpa memikirkan keberadaan dari pusat - pusat perbelanjaan tersebut telah memakan waktu jutaan warga yang berada di jalan raya. Jalan raya senantiasa berjuang demi pertahanan diri masing - masing dari semakin mengelupasnya aspal sebagai badan jalan yang kian tergerus oleh ban - ban kendaraan bermotor yang terjebak macet oleh ulah kendaraan bermotor itu sendiri. Kacaunya arus lalu lintas kendaraan bermotor disebabkan oleh banyak kendaraan bermotor yang hendak berputar arah hanya untuk keluar - masuk area pusat perbelanjaan yang ada, angkutan umum yang lama berhenti atau ngetem demi mendapati sewaan atau penumpang yang banyak, kondisi prapatan atau pun pertigaan di dekat pusat perbelanjaan yang tidak terbendung dan masih banyak lagi...
Dari beragam kendala seperti yang aku ketik di atas ini apakah ada tanda - tanda kalau warga masyarakat ingin dengan segera mendapati fasilitas yang sejuk, nyaman dan tanpa buang - buang waktu untuk lekas bersantai di dalamnya??? Dengan modal berjalan kaki sama juga mengorbankan sekujur tubuh kita yang semakin tercederai oleh asap knalpot, kerusakan trotoar, banyaknya tapal batas seperti tiang listrik, reklame, pepohonan rindang dan masih banyak lagi.
- Fasilitas - fasilitas Yang Tergusur
Dahulu masih ada fasilitas stadion untuk berolah raga yang tidak hanya mencakup sepak bola, dahulu ada sebuah empang yang dipenuhi banyak ikan, dahulu dan dahulu.... Namun, keberadaan mereka sudah banyak yang terbengkalai. Tanpa memikirkan manfaat dari keberadaan stadion dan empang, pemerintah seakan tidak mau tahu agar para warga masyarakat diberikan fasilitas yang cepat dan nyaman demi menunjang kebutuhan primer dalam persoalan mencari nafkah. Keberadaan mereka yang tersier seperti itu bukanlah sesuatu hal yang penting di mata pemerintah.

3.5. Keberagaman Bahasa
Indonesia kaya akan budaya bangsa dengan keberagaman bahasa dan adat - istiadat. Mewakili kekayaan budaya yang ada, Jakarta sudah menjadi magnet bagi para pendatangnya yang bukan saja tergolong warga Pribumi, bahkan para warga keturunan dan ekspatriat yang ingin mendulang 'emas' di luar kota kelahiran masing - masing. Dengan beragam bahasa yang berbeda satu sama lain mereka bersatu bersosialisasi dan beradaptasi hingga menjadi satu - kesatuan utuh dalam ikatan tali kekeluargaan sebagai warga ibukota Jakarta.
- Hati - hati Salah Penerjemahan
Melalui buku komunikasi yang dimiliki saudara sepupu saya sempat saya ketahui bahwa dalam bahasa Indonesia saja memiliki banyak sisipan bahasa dari bahasa - bahasa asing sebagai warisan dari pendahulunya, yaitu bahasa Portugis (Portugal), Belanda dan bahasa - bahasa di negara Eropa lainnya. Sangat kontroversial kalau diulas di sini karena akan memakan waktu yang sangat lama pastinya, namun aku hanya memberi beberapa contoh saja dalam percakapan sehari - hari yang sering atau pun dapat kita jumpai.
Mungkin Anda para blogger sekalian yang berkewarga negaraan asing yang sudah terbiasa menghafalkan bahasa Indonesia karena entah menyukai bahasa Indonesia atau pun menyukai negara Indonesia akan merasa risih dengan membanding - bandingkannya dengan bahasa Melayu yang kerap kali dipergunakan masyarakat negara Malaysia. "Anda diundang" berarti dalam bahasa Indonesia kalau kita semua atau pun salah satu dari kita diwakilkan untuk diundang ke suatu acara. Namun, konon dalam bahasa Melayu diterjemahkan menjadi "Awa' dijemput" yang sekilas kita sudah meyakini bahwa kata "awa'" berarti "kamu". Namun, akan menjadi salah paham apabila menerjemahkan ke bahasa Melayu tetap dalam bahasa Indonesia yang berarti salah satu dari kita diwakili untuk siap didatangi oleh seseorang atau pun untuk siap dijemput dengan kendaraan dinas, sewaan, pribadi atau apapun itu jenisnya.
Contoh lainnya saat saya mengalaminya di ibukota Bangkok. Pemandu wisata kami asli berkewarga negaraan Thailand faseh berbahasa Indonesia. Namun, oleh karena kultur budaya setempat, sang pemandu memanggil dan menyuruh salah satu dari dosen kuliah kami kala itu dengan sebutan "kamu!". Padahal di negara Indonesia sapaan tersebut tidak layak terhadap orang yang kita hormati. Seharusnya mereka memanggilnya dengan sebutan "ibu!". Tapi kami tentu memaklumi karena sang pemandu berada di negaranya sendiri di mana kami kala itu katakanlah jadi tamu negara mereka. Bagaimana jika sang pemandu tersebut berada di negara kita? Dapat dibayangkan bukan?

- Keberagaman Bahasa Inggris
Tiada patokan penggunaan dalam bahasa Inggris di negara Indonesia ini. Penerjemahan ke dalam bahasa Inggris yang biasa digunakan oleh warga negara Amerika Serikat atau pun juga warga negara Inggris terpakai semua di negara ini... Seperti saat kita melihat bangunan perkantoran dengan penamaan Mulia Center, sudah jelas bahwa penggunaan kata "Center" berarti menggunaan ejaan Inggris yang digunakan masyarakat Inggris. Begitu pun penamaan salah satu pusat perbelanjaan bernama Mal Taman Anggrek. Sementara di Pondok Indah lebih identik dengan penamaan Pondok Indah Mall. Yang satu penggunaan kata "mal" di depan, sedangkan satu lagi di akhiran kata, yaitu "Mall". Mengapa demikian? Karena sejak awal perkenalan di hadapan publik, nama tersebut sudah melekat di telinga kita masing - masing.
Contoh lainnya seperti kata "MRT" yang memiliki kepanjangan dari kata Mass Rapid Transit. Masyarakat Jakarta dan sekitarnya sudah terlanjur mengidentikkan dengan rangkaian KA bawah tanah, padahal di negara lain identik dengan moda transportasi penghubung antara satu rute yang kita telusuri masing - masing dengan rute lainnya meski berbeda jenis kendaraan. Di negara Amerika Serikat menyebutnya sebagai "subway" dan di negara Inggris sebagai "Under Ground".

Jumat, 25 Mei 2012

Hal. 4 > Pendampingan Dalam Berkelana di Ibukota

Hal. 4
1.2. Perlu Pendamping Dalam Pengelanaan
Sudah sepastinya to the point saja bahwa Jakarta jadinya tidak aman dan nyaman untuk para turis yang merasa ingin bebas lepas mencari kenikmatan dalam bertransportasi. Apalagi mereka yang cuma beberapa hari saja berada di Jakarta dan sekitarnya. Mungkin 1 yang menjadi kawasan termudah mencari akses yang dijangkau ke mana pun para turis berkelana khususnya backpacker, yaitu di Jl. Jaksa kotamadya Jakarta Pusat. Di sinilah mayoritas turis berkulit putih yang didominasi para backpacker dari negara Belanda, Perancis, Australia, Selandia Baru dan lain sebagainya menginap.
1.2. Need Assistance In the Wandering
Certainly to the point that Jakarta would not be safe and comfortable for the tourists who want to feel free to seek out pleasure in bertransportasi. Moreover, they are just a few days in Jakarta and surrounding areas. Perhaps one of the easiest to find affordable access to any backpacker tourists traveling in particular, Jl. Jaksa municipal of Central Jakarta. This is where the majority of white tourists who dominated the backpacker from the Netherlands, France, Australia, New Zealand and others stay.

Namun, dalam realitas menghadapi kemelut Jakarta memang perlu pendamping yang benar - benar mengetahui seluk - beluk kota Jakarta meski tidak 100% murni hafal. Ketidak amanan itu dapat kita lihat seperti berikut ini :
However, the crisis facing the reality of Jakarta is a companion to the right - really know the ins - and outs of the city, though not 100% pure memorized. Insecurity that can be seen as follows:
* Banyak Pencopet Dengan Berbagai Modus
* Many of Pickpockets With Various Modes
Keberadaan Polisi, Satgas dan apapun bentuk kesatuan para petugas keamanan tersebut tidak sepenuhnya dapat memantau kita yang berada di luar tempat tinggal bahkan penginapan kita berada.  Apalagi negeri ini semakin disemarakkan dengan isu SARA, ormas, etnis, ras dan etnik yang tidak mengenakkan. Tips yang sekiranya dapat menjadi solusi untuk menghindari ini semua, yaitu jangan mudah meladeni orang - orang yang menegur kita apalagi langsung bertatap muka dengan pelaku. Apabila terpaksa, maka kita bilang saja "Aduhh... saya tidak tahu yah...". Kalau turis asing yang tidak mampu berbahasa Indonesia minimal cukup dengan berkata "Sorry..." sambil mengacungkan kelima telapak tangan kiri atau pun kanan kita sambil beranjak.
The presence of police, Task Force and any form of union security officers are not fully able to monitor our outside residential accommodation and even we are. Moreover, the country is more lively with racial issues, organizations, ethnic, racial and ethnic uncomfortable. Tips that can be a solution to avoid this at all, which is not easy to wait on people - especially people who admonish us directly face to face with the perpetrator. If forced, then we just say "Ouuww ...I don't know well ...". If the foreign tourists who are not able to speak Indonesian at least enough to say "Sorry ..." holding up his fifth left hand or right of us, getting up.
- Modus Hipnotis
- Mode Hypnosis
Cara seperti ini sangat beragam. Mulai dari tatapan muka kita hingga rujukan ke suatu tempat yang kesemuanya itu membuat seisi barang berharga kita terkuras dalam hitungan yang singkat. Banyak yang sudah tahu tetapi masih banyak yang mengindahkan cara yang menyesatkan seperti ini karena pada umumnya mereka cuma mendengar dari sanak kerabat yang pernah menjadi korban.
This way is very diverse. Starting from the front of our eyes to a referral to a place that makes all the rest of our valuables depleted in a matter of time. Many already know, but there are still many who regard such a way that is misleading because in general they just heard from relatives who have been victims.
- Modus Pembiusan di Air Minum
- Mode of anesthesia in Drinking Water
Cara seperti ini paling banyak yang menelan korban khususnya masyarakat Pribumi yang menggunakan transportasi publik yang berdatangan dari luar kota Jakarta dan ada juga yang dalam rangka pulang kampung. Cara seperti ini biasanya mereka ditegur oleh seseorang yang mengaku ingin sekedar berkenalan karena kebetulan 1 bangku di terminal, di stasiun atau pun di dalam bus. Lamanya menunggu bus berangkat atau pun juga lamanya perjalanan di dalam bus biasanya dimanfaatkan oleh para pelaku dengan memberi minuman secara gratis.
In this way most of which cost the lives of Indigenous people in particular who use public transport to arrive from outside the city of Jakarta and some are in order to return home. In this way they are usually greeted by someone who claims to want to just meet by chance a seat in the terminal, at the station or on the bus. The length of waiting for the bus or else go the length of the journey on the bus is usually used by the perpetrators by giving free drinks.
- Modus Pemaksaan
- Mode Coercion
Di lahan yang cukup sepi biasanya para pelaku beraksi dengan terang - terangan di hadapan korban. Biasanya para pelaku melakukan cara penodongan dengan senjata tajam. Ada pula yang menggunakan senjata api sehingga jiwa kita terancam. Sudah tidak asing lagi di kalangan pelajar terjadi di antara sesama pelajar yang berbeda sekolah.
In the usually quiet enough land perpetrators in action with bright - patently in the presence of the victim. Usually the actors perform the way hold-up with a sharp weapon. There is also the use of firearms so that our souls are threatened. It is not foreign to the students occurred among students of different schools.
Saya mengalaminya saat di Jl. Meruya Raya saat 2 pengendara motor meminta saya sebagai saksi mata untuk mencari pelaku kriminal yang telah melukai sanak kerabatnya yang berperawakan mahasiswa tersebut. Merasa tidak pernah mengetahui asal - muasal kejadian tersebut, saya meminta ma'af dengan terus beranjak. Si pelaku tetap menyampari saya dengan membentak menggunakan kalimat - kalimat yang kasar. Karena diri saya merasa terancam, untung saja di depan saya terdapat pertigaan yang dijaga beberapa anggota Polisi. Sayangnya saat saya melapor ke salah satu Polisi yang ada justru saya tidak menghafal plat nomor dari si motor yang dikendarai sang pelaku.
I experienced this while on Jl. Meruya Raya (Jl. Meruya Kingdom) when two bikers ask me as an eyewitness to locate criminals who have injured relatives student boned relatives. Feel never know where - genesis event, I asked apologized to continue growing. The actors keep visited me snapped using harsh sentences. Because me feel threatened, fortunately there is the T-junction in front of me who kept several members of the Police. Unfortunately when I reported to the police that there is one fact I did not memorize the license plate of the motorcycle driven by the offender.
Saran saya > Jika mengalami kejadian yang serupa, maka jangan memainkan emosi meski para blogger sekalian sudah pernah terbiasa di kota di mana para blogger tinggal baik di Indonesia maupun di negara lain. Perbedaan yang mencolok jelas terlihat dari perawakan para pelaku. Di negara lain mungkin apabila menghajar korban akan dibawa ke pengadilan, namun di Indonesia bukanlah pengadilan di sebuah ruangan persidangan yang disertai hakim dan jaksa melainkan warga masyarakat yang langsung menghakimi kita meski kita sendiri justru korban dari si pelaku kriminal. Diri kita akan dihajar hingga terluka parah dan yang paling mengenaskan, yaitu dibakar hidup - hidup.
My advice> If you experienced something similar, then do not play the emotion despite all the bloggers had been accustomed to in the city where the blogger living in Indonesia and in other countries. A striking difference is clearly visible from the stature of the participants. In other countries where beating victim might be brought to justice, but in Indonesia, not in a court room trial with judges and prosecutors but direct citizens to judge us on our own despite the fact the victims of criminals. Ourselves be beaten up severely injured and most pathetic, is burned.
- Modus Ketiadaan Uang Karena Tersesat
- Mode absence Lost Money Due
Para pelaku kriminal tidak hanya cuma faseh berbahasa Indonesia dan daerah mereka masing - masing, namun banyak yang 'cekatan' dalam melakukan aksinya itu yang salah satunya dengan bertanya ke mana arah yang hendak ditujunya itu. Biasanya cara seperti ini diawali dengan raut wajah yang lelah sambil bertanya arah yang dituju. Saat kita sudah bersusah payah memberi tahu arah yang tepat, namun si pelaku justru mengaku baru saja kecopetan dan tiada uang sama sekali. Nah...!!! Apabila sudah terjadi demikian, maka jangan merasa iba meski perawakannya memang orang yang layak untuk dikasihani. Sebaiknya hindari saja secepat mungkin.
The criminals are not only just able to speak Indonesian and their regions - each, but many of the 'workmanlike' to engage in action that one by asking which direction it headed want. Normally this way begins with a tired look on his face as he asked the intended direction. When we've taken the trouble to tell the right direction, but the actor recently admitted it kecopetan and no money at all. Well ...!!! When it is the case, then do not feel sorry for the person though stature it deserves to be pitied. But avoid it as quickly as possible.
Peristiwa yang pernah saya alami saat keberadaan saya di depan gedung Sarinah Jl. MH. Thamrin yang mana seorang bapak yang baru datang dari luar kota turun dari rangkaian kereta api di stasiun Gambir. Dirinya mengaku berada di depan gedung Sarinah setelah seisi tasnya dirampas. Meski perawakannya terkesan orang kaya, namun saya tidak yakin 100%.
The events I have ever experienced at where I am in front of the Sarinah Jl. MH. Thamrin in which a father who was coming from out of town down a series of Gambir railway station. He claimed to be in front of the Sarinah after the whole bag stolen. Although stature impress the wealthy, but I am not 100% sure.
- Modus Memanggil Korban (Baca = Diri Kita Sendiri)
Cara seperti ini juga kerapkali dilakukan para pelaku kriminal di mana pun si korban berada. Saya kuatir sebagai turis, cara seperti ini mudah dikelabui begitu saja. Mungkin seringkali terdengar agak samar seseorang tersebut menyapa nama diri kita. Begitu ditengok ternyata bukan, maka kita lekas menghindar dengan terus berjalan kaki sejauh mungkin.
Tips dari saya > Jangan menyahut saat nama kita disebut atau pun saat pelaku memanggil diri kita. Tengoklah ke arah di mana pelaku memanggil kita. Jika wajahnya asing alias tidak kita kenal, maka lalui saja dengan terus berjalan kaki jika kita berada di kawasan yang sepi. Beruntung jika itu di kawasan ramai pengunjung karena biasanya para pelaku kriminal urung melakukan tindakan kriminal jika tidak ingin dihakimi oleh masyarakat.
- Modus Menabrakkan Diri
Mungkin bukan cuma di Indonesia saja cara seperti ini dilakukan oleh para pencopet... Terlebih di ibukota Jakarta banyak sekali para pelaku kriminal melakukan tindakan seperti ini dengan cuma sekedar meminta ma'af jika si pelaku merasa bersalah karena berlari terlalu mengejar waktu yang terbuang. Tanpa disadari kita yang sebagai korban telah kehilangan minimal dompet atau pun handphone yang bagi kita amat sangat vital itu. Maka dari itu, saya sangat menyarankan ke mana - mana tidak perlu membawa passport atau pun juga visa selama berada di lingkungan ibukota Jakarta selain berada di penginapan.

* Hindari Membawa Barang - barang Berharga
Apabila para blogger sekalian datang ke kota Jakarta sebagai pelancong, pebisnis, pendatang baru dan warga biasa yang hanya sekedar berkunjung ke sanak famili dimohon untuk tidak membawa barang - barang yang sangat berharga, seperti kalung, uang yang berlimpah (lebih baik ambil uang di mesin ATM saja jika terpaksa), handphone yang mahal dan apapun itu bendanya sebab akan menarik perhatian para pelaku kriminal di mana pun keberadaan mereka. Apalagi khususnya para wanita mengenakan setelan busana yang dapat mengundang hasrat para kaum pria. Ibu, mbak, ade dan empo sekalian telah salah memilih kendaraan umum jika menaiki kendaraan seperti bus kota, angkot dan KRL Ekonomi. Selain mudah menjadi 'santapan' para pelaku kriminal karena paras wajahnya yang cantik dengan busana sedemikian seksinya, yang paling mereka pandangi, yaitu dari segi keuangan si perempuan tersebut. Sudah pasti akan berpikir si perempuan memiliki uang yang banyak.
- Tidak Usah Mengenakan Backpack
Tas yang melebihi beban sudah pasti akan mengganggu ruang gerak angkutan umum yang ada. Lain cerita bila para blogger sekalian baru saja tiba dari luar kota dengan rangkaian kereta api jarak menengak dan jauh, pesawat, bus antar kota antar propinsi / AKAP, mobil travel dan lain sebagainya. Begitu tiba di hotel tempat kita menginap, di rumah tinggal sanak famili kita, di motel dan apapun itu bangunan kita selama bermalam di ibukota Jakarta, maka tas dengan barang bawaan yang banyak tersebut disimpan saja sementara waktu. Bawalah peralatan yang sekiranya penting dan cukup penting saja untuk berkelana di ibukota Jakarta.
- Waspada Jika Hendak Mendokumentasikan Suatu Obyek di Area Tertentu
Ibukota Jakarta mungkin tidak seramah di kebanyakan kota - kota kecil di Indonesia. Para blogger sekalian khususnya yang hobi travelling mungkin 'terpaksa' memilih tujuan berikutnya ibukota Jakarta karena memang sudah tersusun rapih kalau tujuan selanjutnya itu kota Jakarta. Beberapa kawasan yang rawan tindakan kriminal itu banyak sekali. Mungkin tidak perlu saya sebutkan di situs ini, tetapi kita sudah tahu lha... di mana saja itu... Tustel, handphone, laptop dan apapun itu medianya lebih aman di kawasan - kawasan tertentu yang lingkungannya tergolong mayoritas masyarakat kalangan menengah ke atas. Jika berada di pasar induk, stasiun - stasiun komuter, terminal bus dan sekitar perumahan kumuh, maka akan terkesan komplek masyarakat menengah ke bawah dan tentu saya sarankan perlu pendampingan minimal 1 orang untuk ikut berkelana.
Keterangan :
Dikalangan menengah ke atas pun seperti di mal, plaza, square dan apapun itu namanya bukan berarti terjamin keamanannya 100%, tetapi kita harus tetap waspada karena kejahatan bisa terjadi di mana saja...

* Jangan Salah Dengan Lokasi (Baca = Hati - Hati)
Merasa dekat dengan kawasan ini semisal dari hotel karena alasan sudah banyak dicoba di banyak negara, bahkan negara sendiri, itu bisa saja salah besar dan menjadi malapetaka besar selama para blogger sekalian berada di ibukota Jakarta. Banyak sekali kawasan yang sekiranya menggiurkan yang siap untuk dikunjungi meski sebagai turis sekalipun. Namun, hati - hati jika berhadapan dengan sesuatu yang dapat menyesatkan para blogger sekalian.
- Kondisi Trotoar dan Penataan Bangunan Yang Semrawut
Banyak sekali kondisi trotoar yang tidak layak untuk dijadikan lahan pejalan kaki karena banyak alasan. Alasan yang terlihat jelas manakala kondisinya sudah memprihatinkan penuh dengan bebatuan, terhalang beton tembok, tiang listrik, warung - warung tenda jualan dan lain sebagainya. Yang seperti ini seringkali membuat para pejalan kaki enggan berjalan kaki dengan beralih ke kendaraan bermotor yang tentu semakin menambah kesemrawutan lalu lintas di jalan raya.
Meski ramai pengunjung karena ada dagangan pasar, karena ada obral, karena ada yang menggiurkan untuk dibeli dan lain sebagainya sebaiknya dihindari saja. 

- Rawan Kerusuhan Massal (Tawuran Pelajar, Tawuran Antar Pendukung Olah Raga, Tawuran Antar Pendukung Partai, Demonstrasi Anarkis, dll)
Jangan menganggap sepele pendamping kita manakala yang bersangkutan menyuruh ke arah yang bagi kita semisal sangat riskan karena terlalu memutar arah, karena membuang tenaga dan waktu, karena  ada yang mesti disinggahi dan lain sebagainya. Bisa jadi memang benar kalau kawasan tersebut seringkali menjadi ajang kerusuhan massal yang kerapkali meresahkan masyarakat. Bukan suatu tontonan yang pantas ditonton melainkan justru harus dihindari. Hanya karena urusan sepele atau ringan saja dapat memicu kontroversi yang berbelit atau tiada akhir. Itulah negeri kita Indonesia, terlebih ibukota Jakarta.

BERSAMBUNG....

Hal. 3 > Kuliner dan Perbelanjaan Yang Menjanjikan, Namun....

Hal. 3
2. Kuliner Jakarta Yang Berlimpah
2. The Abundant culinary Jakarta
Propinsi DKI Jakarta yang terbentang dari Ciledug hingga Kampung Melayu pada sisi barat - timur dan dari Ancol hingga Lenteng Agung pada sisi utara - selatan memiliki segudang kisah perjalanan kuliner. Mulai dari yang berkesan sejarah seperti Es Itali Rogusa hingga yang bertaraf internasional, semua disuguhkan dalam 1 kawasan yang sekiranya mudah dijangkau dari segala penjuru dan dari segala usia. Namun, sekiranya kita patut mewaspadai dari segala bahaya laten santapan kuliner baik yang sering dan terkadang kita santap maupun yang pernah kita dengar dari mana pun.
DKI Jakarta which stretches from Ciledug to Kampung Melayu up on the west side - the east and from Ancol to Lenteng Agung in the north - south has a myriad of culinary travelogue. Starting from such an impressive history of Italian Ice Rogusa up to international standards, all served in an area in which if the easily accessible from all directions and of all ages. However, in case we should be wary of any latent dangers that are both culinary cuisine and sometimes we eat and we've heard from anywhere.

2.1. Jajanan Pinggir Jalan Yang Berbahaya
2.1. The Dangerous Roadside Snacks
Bukan bermaksud nakutin atau pun menjatuhkan popularitas dari para pedagang makanan dan minuman di mana pun, namun sering kita dengar bahwa jajanan pinggir jalan umumnya mengandung berbagai macam zat yang sangat berbahaya. Entah apa itu yang namanya formalin, boraks, pemutih deterjen, bahkan ada juga yang menggunakan (ma'af nih...) celana dalam dan juga kantong plastik. Semua itu sangat berbahaya bagi kesehatan kita masing - masing yang mengakibatkan kanker, penyakit jantung dan lain sebagainya. Berbagai narasumber saya dapat dari media massa tersiar wajah para oknum pedagang yang wajah, suara dan nama mereka disamarkan.
Not intended creeping or even dropping the popularity of the food and beverage vendors everywhere, but we often hear that a roadside hawker generally contain various substances that are harmful. I do not know what it is called formalin, borax, bleach detergent, and even some are using (pardon ...) underwear and plastic bags. All of it is very dangerous to the health of our own - one that leads to cancer, heart disease and others. Various sources I can from the mass media spread the rogue trader faces a face, a voice and their names withheld.
Seringkali saya pribadi iri apabila banyak tayangan wisata belanja pinggir jalan yang dipenuhi oleh para pelancong baik di ibukota negara maupun di beberapa kota di belahan negara mana pun itu. Jajanan tertata rapih dan tanpa segan kita yang berkunjung pun mencicipi menu - menu jajanan tersebut tanpa berpikir bahwa jajanan tersebut berbahaya tidaknya...
Often I personally envy when many impressions roadside shopping filled by travelers both in the capital and in some parts of the city in any country it is. Snacks arranged neatly and without hesitation we were visiting the tasting menu of snacks without thinking that the snacks are dangerous or not ...

2.2. Ketiadaan Menu - Menu Lokal Melainkan dari Propinsi Yang Berbeda
Siapa yang tidak mengenal ketoprak, gado - gado, ayam pop, nasi gudeg dan lain sebagainya?? Jajanan sehari - hari yang sepastinya sering kita santap khususnya sebagai WNI asli dan keturunan pun pasti tidak pernah tidak untuk menyantap semuanya itu... Tentu saja menu - menu tersebut berasal dari luar Jakarta. Namun, apa itu menu asli Jakarta?? Iya... di antaranya soto Betawi, ketoprak, kerak telor dan lain sebagainya. 1 yang saya sebutkan ini tidak lain kerak telor masih sangat langka kita jumpai. Sayangnya apabila kita ingin menyantap menu yang standar dihidangkan dengan harga yang berkisar antara Rp 5.000,00 - Rp 10.000,00 tersebut hanya bisa disantap pada saat momen - momen tetentu, seperti ulang tahun Jakarta, festival jajanan di suatu tempat, ulang tahun sebuah mal dan apapun kawasan perbelanjaannya yang mengangkat tentang khasanah Jakarta dan masih banyak lagi.
Semua ini menjadi dilema karena keberadaan menu - menu lokal Jakarta yang terasingkan dari banyaknya menu - menu luar seiring pula dengan semakin masuknya budaya luar Jakarta yang menjadi trend yang beragam.

2.3. Mudahnya Mencari Menu Yang Kita Suka
Jakarta itu surganya bagi dunia kuliner. Terbukti saat kita menjejaki tanah 'serambi' Jakarta sudah disodorkan banyak hidangan jajanan makanan dan minuman yang menyerbu setiap jengkal wilayah. Namun, di balik kemudahan itu kita selalu segan untuk menyambangi segala macam jajanan yang sepi pengunjung. Bisa jadi karena menu - menu yang dihidangkan kurang enak dari segi citarasa.
- Mini Market Mencakup Restoran Kecil
Banyak sekali sekarang mini market yang menjadi waralaba internasional yang menyodorkan kepada para konsumennya berupa sajian hidangan cepat saji dengan harga yang sedang. Mulai dari kisaran Rp 5.000-an hingga Rp 50.000-an. Sebut saja itu 7Eleven (baca = Seven Eleven) dan belakangan muncul Lawson. Para pengunjung senantiasa dimanjakan dengan pelayanan yang ramah dan fasilitas yang memadai. Kita dapat menggunakan wi-fi untuk berinternet khusunya bagi yang membawa laptop. Apalagi keduanya melayani selama 24 jam tiap harinya.
Namun, sayangnya area parkir sering terbengkalai dan fasilitas untuk mereka yang berbelanja dejngan bawaan hasil belanjaan yang banyak tidak diperhatikan. Keluar - masuk area parkir selain dijaga oleh para tukang parkir dengan tarif Rp 1.000,00 - Rp 5.000,00 tergantung wilayah dan lamanya parkir juga dihadapi oleh kemacetan yng luar biasa saat keluar - masuk parkiran. Belum lagi aspal yang berbatu yang dapat merusak ban kendaraan bermotor serta tidak diperhatikannya lahan untuk para pejalan kaki. Ramai pengunjung berarti ramai kendaraan pribadi yang berarti juga mempersempit ruas jalan raya sehingga menimbulkan kemacetan yang luar biasa dan hilangnya trotoar sebagai jalur untuk pejalan kaki.
- Bagi Yang Muslim Perlu Lebih Hati-hati
Mungkin apabila kita di negara yang mayoritas non muslim akan menemui banyak kesulitan untuk mencari menu - menu yang halal. Namun, di Indonesia justru sangat mudah mencarinya asalkan si restoran dan beberapa produk makanan kemasan yang ada berlaber "Halal". Akan menjadi masalah besar apabila para blogger sekalian yang muslim berada di lingkungan mayoritas Tiong Hoa. Tentu saja mereka menyuguhkan menu - menu babi dengan beragam hiasan ornamen bagi kebudayaannya, seperti tulisan kanji Cina dan lampu bohlamnya yang khas.
Saya sendiri mengalami saat diminta kantor untuk melakukan rapat di restoran yang tidak terlalu menonjolkan ornamen Cina. Meski mayoritas yang hadir keturunan Tiong Hoa dan pemiliknya sendiri asli keturunan Tiong Hoa, namun si koko justru dengan gampang mengatakan bahwa menu babi ada di bagian belakang. Lha...!!! Bagi saya pribadi menjadi masalah besar, namun sudah terlanjur diamanati oleh kantor demikian, maka saya dengan terpaksa menyantap hidangan yang ada meski bukan menu babi.
- Menu - menu Yang Kita Suka Terkadang Dijual Tidak Mengenal Waktu
Persaingan yang super ketat antar para pedagang membuat para pedagang tidak berhenti berinovasi baik dalam soal citarasa masakan yang ada maupun tampilan barang yang menjadi penopang hidup mereka.  Kita harus berhati - hati dengan sering saja menonton berbagai tayangan baik berkisar tentang masakan maupun kriminal di tayangan - tayangan berita di TV. Melalui media - media info seperti ini semua kita pun mengetahui akan keberadaan zat - zat pengawet yang secara perlahan merusak organ - organ tubuh kita. Dijual pagi, namun di sore bahkan malam harinya juga sama... Yang seperti ini aku hindarin saja...
Seperti yang saya alami saat di mana saya beberapa kali melihat jajanan bubur ayam yang didagangkan di sore hari. Padahal masakan khas pagi hari tersebut menurut narasumber - narasumber di berbagai media massa seringkali dicampur dengan zat putih yang tidak lain bisa saja boraks... Kecurangan seperti ini konon membuat diri kita terserang kanker... Namun, kita boleh percaya atau tidak... Semua kita kembalikan lagi khususnya kepada para blogger sekalian... Apakah menganggap si penjual bubur ayam yang biasanya keliling di komplek perumahan A itu murni dijual tanpa pengawet yang berbahaya atau justru malah iya... terserah kita masing - masing yang menilai... Begitu pun kasus jajanan makanan dan minuman lainnya...
- Penyajian Nasi Yang Beragam
Orang - orang Indonesia yang pada umumnya Pribumi pasti akan selalu memakan nasi sebagai santapan utama harian yang ada...  Namun, di kebayakan wilayah tidak terkecuali di ibukota Jakarta nasi di rumah - rumah makan baik pinggir jalan maupun berwujud restoran tradisional pasti akan selalu menyajikan nasi sebanyak 1 porsi. Namun, dalam kenyataan yang ada justru 2 porsi bagi kita akan tetap dianggap 1 porsi bagi para pelayannya. Kebanyakan perempuan meminta agar nasinya 1/2 saja yang berarti sama juga 1 porsi. Berbeda dengan restoran - restoran waralaba barat yng salah satunya milik Amerika Serikat seperti Mc. Donald's yang sudah pasti 1 porsi yang ada dijatahi amat sedikit yang memang benar - benar 1/2 porsi.
Di sinilah dari pengalaman yang ada dalam kehidupan kita sehari - sehari sebaiknya selama berada di ibukota Jakarta kalau pesan 1 porsi nasi apabila berada di rumah - rumah makan tersebut harus bilang 1/2 saja agar benar - benar diberi 1 porsi bagi kita.
- Pelancong Tidak Perlu Kuatir Mencari Lokasi Kuliner
Setiap orang pasti tidak akan puas dengan segala info masukan yang itu - itu saja... Terlebih persoalan kulineri di setiap waktu. Kepada para blogger sekalian yang setidaknya di Jakarta hanya dalam tempo yang sesingkat - singkatnya saja antara 2 - 7 hari atau lebih - lebih sedikit, maka beberapa pilihan lokasi setidaknya dapat menjadi panduan tepat....
1. Bagi Yang Menginap di Hotel atau pun Apartemen
Sepadat - padatnya aktifitas para warga ibukota Jakarta setidaknya tidak begitu membuat kekusutan rute perjalanan bagi para pelancong di jam - jam tertentu. Jelas sekali di antara kita yang mengalami liburan ke luar kota, bahkan luar negeri sekali pun pasti pada umumnya apa yang dilakukan kita selama di dalam hotel terlebih dahulu bersarapan antara jam 6 - 8. Di atas jam 8 itulah pada umumnya orang kantoran sudah di dalam kantor masing - masing dan tempat - tempat hiburan buka di jam 9 ke atas.
Siang kita di tempat wisata yang sudah terencana dan sore pun tinggal menunggu waktu untuk menuju kembali ke hotel agar di malam harinya bisa melakukan sesi santap malam baik tetap di dalam hotel maupun di luar hotel. Berlaku juga bagi yang menginap di apartemen. Di malam hari itulah pada umumnya para pelancong seperti para blogger sekalian memilih restoran atau pun tempat jajanan yang terdekat.
Betapa macetnya ruas jalan raya di ibukota Jakarta... Keluar dari lokasi di mana kita berada sudah mengalami kemacetan yang luar biasa sehingga sulit mencari sela dari barikade kemacetan arus kendaraan bermotor yang ada. Namun, kebanyakan hotel berbintang 3 - 5 di Jakarta sudah menyiasati diri agar segala kendala yang ada dapat tertangani. Beberapa hotel seperti hotel Sahid Jaya Jakarta menempati posisinya di Jl. Jendderal Sudirman sisi barat sehingga saat jam pulang kerja kantoran umumnya arus kendaraan bermotor berlaju dari arah Bunderan HI ke arah Semanggi dan seterusnya. Ada pula hotel The Sultan yang memiliki 2 pintu keluar - masuk dapat melalui akses sisi Jl. S. Parman yang berada di sisi utara.
.................
2. Bagi Yang Menginap di Rumah Keluarga atau pun Teman
Katakanlah di Jakarta hanya sekedar mengunjungi sanak famili atau pun relasi yang kita kenal dengan jngka waktu yang cukup singkat... Itu berarti bersiap saja mendapati jamuan yang lebih yang tidak sekedar disambut kedatangan kita oleh sang tuan rumah... Bersiaplah di malam hari agar tidak membuang waktu yang membosankan jika memang diberi waktu luang untuk menikmati hidangan kuliner... minimal di dalam rumah mereka masing - masing. Namun, jikalau saja pilihan jatuh pada sebuah ruamh makan, dipastikan bisa saja dengan mengendarai mobil atau pun motor sang pemilik rumah akan menemui kemacetan di beberapa ruas jalan. Itulah kota Jakarta...
Lain halnya jika menikmati jamuan santap malam yang dekat - dekat saja dengan rumah... Dipastikan banyak sekali jajanan yang berlimpah di rumah rumah mereka. Tidak terkecuali seminimal mungkin, yaitu nasi goreng, ketoprak, gado - gado dan nasi uduk. Tidak mungkin selama kita menginjakkan tanah 'serambi' Jakarta tidak menemui semua itu...


2.4. Komposisi Menu Yang Beragam
Aku rasa enggak cuma di Indonesia saja yang menu - menu makanan bahkan minumannya bisa dipilih berdasarkan komposisi yang kita suka. Di ibukota Jakarta khususnya menu - menu itu terdapat di beragam tempat baik di jajanan pinggir jalan, di warung makan, di restoran bergengsi dan di mana pun. Menu - menu komposisi tambahan tersebut tentu saja menambah biaya pengeluaran kita makan atau pun juga minum. Pada umumnya, sajian kuiner tidak jauh dari yang namanya daun sawi, bawang goreng dan tentunya nasi atau pun juga mie. Adapun menu - menu seperti tahu, tempe, sate, telur bulat dan lain sebagainya menjadi menu - menu komposisi tambahan.
Makanya wajar jika si penjual berkata "Mau pakai apa saja?" dan juga terkadang "Apalagi?" karena harga tidak dijadikan 1 menu melainkan berbeda sendiri kisaran antara Rp 1.000,00 s/d Rp 5.000,00 untuk 1 buah saja baik itu tempe gorengnya saja, tahu gorengnya saja, 1 tusuk satenya saja, dll...